cover
Contact Name
Rifky Serva Tuju
Contact Email
servatuyu00@gmail.com
Phone
+6282216985878
Journal Mail Official
sttetmpb@gmail.com
Editorial Address
STT Erikson-Tritt Jalan Trikora Sowi 3 Manokwari, Papua Barat
Location
Kab. manokwari,
Papua barat
INDONESIA
LOGON ZOES: Jurnal Teologi, Sosial, dan Budaya
ISSN : -     EISSN : 27453766     DOI : https://doi.org/10.53827/lz
LOGON ZOES merupakan wadah publikasi hasil penelitian di bidang teologi, sosial dan budaya bagi pengembangan kekristenan di lingkungan Sekolah Tinggi Teologi Erikson Trit, Manokwari dan institusi lain yang ingin berkontribusi dengan bidang kajian yang serupa. LOGON ZOES diterbitkan dan dikelola oleh Sekolah Tinggi Teologi Erikson-Tirtt Manokwari dengan Focus dan Scope pada bidang: Teologi Biblikal, Teologi Sistematika, Teologi Praktikal, Teologi dan Sosial, Budaya dan Kearifan Lokal.
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 2: Agustus 2021" : 6 Documents clear
Peranan Konseling Pastoral dalam Gereja bagi Pemulihan Kesehatan Rohani Jemaat Samuel Irwan Santoso
LOGON ZOES: Jurnal Teologi, Sosial dan Budaya Vol 4, No 2: Agustus 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Erikson-Tritt Manokwari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.156 KB) | DOI: 10.53827/lz.v4i2.47

Abstract

This study specifically outlines the role of pastoral counseling in the church for the restoration of the spiritual health of the church. This paper uses qualitative methods with a literature study approach. The description in this article describes that the interpersonal relationships between counselors and their consensual. Counseling comes from the Latin "Concilium" which means with or with and taking or holding. Pastoral counseling serves to heal the whole human being therefore pastoral counseling helps the "wounded", to survive and go through a state in which they recovered to their original condition. In applying pastoral counseling to the congregation a counselor must understand how he or she should deal with the consequences. This is so that the counselor does not rush to blame or confront a person sharply and directly in the early stages of counseling. A good Christian pastor or counselor should put his or her function first rather than his office, for without real realization of the duty of responsibility one cannot be said to be a good shepherd or counselor. AbstrakKajian ini secara spesifik menguraikan mengenai peran konseling pastoral dalam gereja bagi pemulihan kesehatan rohani jemaat. Tulisan ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan. Uraian pada artikel ini menjelaskan bahwa hubungan timbal balik (interpersonal relationship) antara konselor dengan konselenya.  Konseling berasal dari bahasa Latin “Consillium” yang berarti dengan atau bersama dan mengambil atau memegang. Pastoral konseling berfungsi untuk menyembuhkan manusia seutuhnya karena fungsi konseling pastoral untuk menolong orang yang “terluka”, agar bertahan dan melewati suatu keadaan yang di dalamnya pemulihan kepada kondisi semula. Di dalam menerapkan konseling pastoral kepada jemaat seorang konselor harus memahami bagaimana seharusnya ia menghadapi konselinya. Ini bertujuan agar konselor tidak terburu-buru mempersalahkan atau mengkonfrontasi dengan tajam seseorang pada tahap permulaan konseling. Seorang gembala atau konselor Kristen yang baik harusnya lebih mengutamakan fungsinya daripada jabatannya, karena tanpa realisasi nyata dari tugas tanggung jawab yang diembannya seseorang tidak dapat dikatakan sebagai gembala atau konselor yang baik.  
Komunitas Kristiani sebagai Duta Kasih Allah di tengah Kebhinekaan Bangsa Indonesia Mathias Jebaru Adon; Antonius Sad Budi
LOGON ZOES: Jurnal Teologi, Sosial dan Budaya Vol 4, No 2: Agustus 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Erikson-Tritt Manokwari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.451 KB) | DOI: 10.53827/lz.v4i2.28

Abstract

The focus of this research study describes the role of Christians in strengthening the spirit of diversity in the Indonesian nation. Currently, Indonesia is not only facing the Covid-19 pandemic but also a national identity crisis. In various places, there are rampant intolerance, radicalism, and acts of extremism-terrorism that threaten the integrity of the nation. In this situation, Christians are called to show their identity by becoming ambassadors for God's love. By becoming ambassadors of God's love, Christians prove that love is greater than enmity. Christians can start by living together in a community. In the community, Christians are trained to be more sensitive to the sufferings of the world and not run out of power. This research study uses a phenomenological approach that starts from the calling of Christians to live in a spirit of love. Because in the way of living together all differences are put together. Thus, the Christian community becomes a good platform for channeling love to others regardless of ethnicity, race, and religion. Therefore, the Christian community is a means of realizing togetherness in a spirit of diversity.AbstrakFokus studi penelitian ini menguraikan peran orang Kristiani dalam memperkuat semangat kebinekaan Bangsa Indonesia. Saat ini Indonesia tidak hanya menghadapi pan-demi covid-19 tetapi juga krisis identitas kebangsaan. Di berbagai tempat marak terjadi intoleransi, radikalisme dan tindakan ekstremisme-terorisme yang mengancam keutuhan bangsa. Berhadapan dengan situasi ini orang Kristiani dipanggil untuk menunjukkan iden-titasnya dengan menjadi duta kasih Allah. Dengan menjadi duta kasih Allah orang Kristiani membuktikan bahwa, kasih lebih besar dari permusuhan. Orang Kristiani dapat memulai-nya dengan hidup bersama dalam komunitas. Dalam komunitas, orang Kristiani dilatih untuk lebih peka mendengar penderitaan dunia dan tidak kehabisan daya. Studi penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi yang bertitik tolak dari panggilan orang Kris-tiani untuk hidup dalam semangat kasih. Sebab dalam cara hidup bersama segala per-bedaan disatukan. Dengan demikian komunitas Kristiani menjadi wadah yang baik untuk menyalurkan kasih kepada sesama tanpa memandang suku, ras dan agama. Karena itu, komunitas Kristiani adalah sarana untuk mewujudkan kebersamaan dalam semangat kebinekaan.
Upaya Meningkatkan Pertumbuhan Iman menurut 1 Timotius 4:11-16: Studi Deskriptif pada Pemuda Gereja Bethel Indonesia Anugerah, Bandar Lampung Valentino Wariki; Andrea Esther Bangun; Amos Hosea; Hiruniko Siregar; Antonius Sitompul
LOGON ZOES: Jurnal Teologi, Sosial dan Budaya Vol 4, No 2: Agustus 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Erikson-Tritt Manokwari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.069 KB) | DOI: 10.53827/lz.v4i2.30

Abstract

The Covid-19 pandemic has caused service activities throughout the church to experience both positive and negative impacts. Including the GBI Anugerah Bandar Lampung which has decreased the quantity and quality of youth services. And this is a challenge for GBI Anugerah including all churches to overcome. The purpose of this study is to find out what are the causes of the decline in the quantity and quality of youth servants in the church, especially GBI Anugerah Bandar Lampung, and also to examine what can be done to increase the enthusiasm of youth servants based on the background of the letter 1 Timothy 4:11-16. The method used is descriptive qualitative with data collection techniques are in-depth interviews. After the problem was found, the researchers used the literature study method to collect information and theories related to the role of youth servant and the background of the letter 1 Timothy 4:16. Based on the results of the study, it was found that there were several factors that resulted in a fairly extreme decline in the number of young people, namely: health reasons, studies, and marriage. Youth must take responsibility and persevere during a pandemic for church growth.AbstrakPandemi Covid-19 menyebabkan aktivitas pelayanan di seluruh gereja mengalami dampak yang positif dan negative. Termask GBI Anugerah Bandar Lampung yang mengalami penurunan kuantitas dan kualitas pada pelayanan anak muda. Dan hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi GBI Anugerah termasuk seluruh gereja untuk menanggulanginya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja penyebab dari menurunnya kuantitas dan kualitas pelayan anak muda dalam gereja, khususnya GBI Anugerah Bandar Lampung dan juga meneliti apa saja yang bisa dilakukan untuk meningkatkan keantusiasan pelayan anak muda berdasarkan latar belakang surat 1 Timotius 4:11-16. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data adalah wawancara secara mendalam. Setelah masalah didapat, penelitian menggunakan metode studi literatur untuk mengumpulkan infor-masi-informasi dan teori-teori berkaitan dengan peran pelayan anak muda dan latar belakang surat 1 Timotius 4:16. Berdasarkan hasil penelitian ditemui bahwa ada beberapa faktor yang mengakibatkan penurunan yang cukup ekstrim dalam jumlah anak muda, yaitu: alasan kesehatan, studi dan, menikah. Pemuda mesti mengambil tanggung jawab dan tekun untuk dalam masa pandemic untuk pertumbuhan jemaat.
Implementasi Pelayanan Lintas Budaya dalam Gereja Berdasarkan Kisah Para Rasul 10:34-43 Jamin Tanhidy; Priska Natonis; Sabda Budiman
LOGON ZOES: Jurnal Teologi, Sosial dan Budaya Vol 4, No 2: Agustus 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Erikson-Tritt Manokwari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.964 KB) | DOI: 10.53827/lz.v4i2.48

Abstract

Cross-cultural evangelism is the duty of all believers without exception. In Acts 10 there is an interesting phenomenon related to cross-cultural service. In the verse it is recorded that the apostle Peter was given the task by God through a vision to go to Cornelius's place, to preach about Jesus. Cornelius was a Greek while the apostle Peter was Jewish. The Apostle Peter was a Jew who held strong Jewish customs. This shows the cross-cultural service that is happening. This article aims to describe the implementation of cross-cultural services based on Acts 10:34-43. The author uses descriptive qualitative research methods by analyzing data such as books and journals. From the results of the analysis, the authors found that the church needs to introduce Christ as a God who loves everyone, preach that everyone deserves salvation, deliver the news of peace through Jesus Christ to all, and deliver the news of peace through Jesus Christ to everyone. The church's awareness of the Great Commission of the Lord Jesus is one of them is to implement cross-cultural ministry, specifically in terms of evangelism.AbstrakPelayanan penginjilan lintas budaya merupakan tugas semua orang percaya tanpa terkecuali. Dalam Kisah Para Rasul 10 terdapat fenomena menarik berkaitan dengan pelayanan lintas budaya. Dalam ayat tersebut tercatat bahwa rasul Petrus diberi tugas oleh Tuhan melalui penglihatan untuk pergi ke tempat Kornelius, supaya memberitakan tentang Yesus. Kornelius adalah seorang Yunani sedangkan rasul Petrus adalah orang Yahudi. Rasul Petrus merupakan seorang Yahudi yang memegang kuat kebiasaan Yahudi. Hal tersebut menunjukkan adanya pelayanan lintas budaya yang terjadi. Artikel ini bertujuan untuk memaparkan implementasi pelayanan lintas budaya berdasarkan Kisah Para Rasul 10:34-43. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan menganalisis data-data seperti buku-buku maupun jurnal-jurnal. Dari hasil analisis tersebut penulis menemu-kan bahwa gereja perlu memperkenalkan Kristus sebagai Allah yang mengasihi semua orang, memberitakan bahwa semua orang berhak menerima keselamatan, menyampaikan berita damai melalui Yesus Kristus kepada semua orang, dan menyampaikan berita damai melalui Yesus Kristus kepada semua orang. Kesadaran gereja terhadap Amanat Agung Tuhan Yesus salah satunya ialah dengan mengimplementasikan pelayanan lintas budaya, secara khusus dalam hal penginjilan.
Ibadah yang Sejati menurut Deskripsi Yohanes 4:23-24 Alex Stefanus Ginting; Ewin Johan Sembiring; Ernida Marbun; Asa Binsar Siregar
LOGON ZOES: Jurnal Teologi, Sosial dan Budaya Vol 4, No 2: Agustus 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Erikson-Tritt Manokwari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (415.895 KB) | DOI: 10.53827/lz.v4i2.34

Abstract

Worship is the function of the church in worshiping God so that understanding worship becomes the basis for our worship practice. This research will explore true worship according to the teachings of Jesus Christ in John 4:23-24. The deepening of this teaching will use the descriptive research method. Researchers will remove the true meaning of worship that Jesus meant in John 4:23-24 and also conduct a literature study to support this understanding more clearly. This study found three results from the exploration of true worship, namely true worship is sought by the Father, true worship is worshiping in spirit and truth and the purpose of true worship is for the glory of the Father.AbstrakIbadah merupakan fungsi gereja dalam menyembah kepada Allah sehingga pemahaman akan ibadah menjadi dasar praktek ibadah kita. Penelitian ini akan mendalami ibadah sejati menurut ajaran Yesus Kristus di dalam Yohanes 4:23-24.  Pendalaman ajaran ini akan mengunakan metode penelitian deskripsi. Peneliti akan mengeluarkan arti ibadah dari sejati yang dimaksudkan Yesus di dalam Yohanes 4:23-24 dan juga mengadakan studi kepustakaan untuk mendukung pengertian ini lebih jelas lagi.  Penelitian ini menemukan tiga hasil dari eksplorasi tentang ibadah yang sejati yaitu Ibadah yang sejati dicari Bapa, Ibadah yang sejati menyembah dalam roh dan kebenaran dan tujuan ibadah sejati untuk kemuliaan Bapa.
Peran dan Kerjasama Gereja Bethel Indonesia Torsina dengan Pemerintah dalam Menyejahterakan Masyarakat di daerah Olafuliha’a, Pantai Baru, Rote Ndao: Implementasi Roma 13:1-7 Ivonne Sandra Sumual; Lois Hasudungan; Aldi Abdillah; Ferdinand Edu
LOGON ZOES: Jurnal Teologi, Sosial dan Budaya Vol 4, No 2: Agustus 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Erikson-Tritt Manokwari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (440.511 KB) | DOI: 10.53827/lz.v4i2.29

Abstract

Welfare is the main goal that must be achieved in a government system. The government is also said to be successful if there is equitable welfare and is felt by the people under its government. To achieve this goal, of course, the government cannot walk alone. There needs to be a synergy from all parties so that there must be involvement of all parts involved in a government system, one of which is the church. The church is not just a religious institution that carries out a service program for church members. Rather, more than that, the church must take real action in realizing prosperity for all levels of society, both inside and outside the church. Therefore, the church and the government need to work together to become a driving force for the creation of prosperity that is coveted by all people. This study uses a qualitative method with data analysis of the GBI Torsina Case Study in the Olafuliha'a area, Pantai Baru, Rote Ndao. The implementation in this case study departs from understanding the background of Paul's letter to the Romans in Romans 13:1-7. The results showed that GBI Torsina built good relations with the government in the context of the welfare of the wider community in the Olafuliha'a area, Pantai Baru, Rote Ndao. Cooperation is carried out in the form of policies that are harmonized together for the benefit of the wider community.AbstrakKesejahteraan merupakan tujuan utama yang harus dicapai di dalam sebuah sistem pemerintahan. Pemerintahan juga dikatakan berhasil apabila terjadi kesejahteraan yang merata dan dirasakan oleh masyarakat dibawah pemerintahannya. Untuk mencapai tujuan tersebut tentu pemerintah tidak dapat berjalan sendiri. Perlu adanya sinergi dari seluruh pihak sehingga mesti adanya pelibatan seluruh bagian yang terlibat di dalam sebuah sistem pemerintahan salah satunya adalah gereja. Gereja bukan sekedar lembaga keagamaan yang melakukan program pelayanan kepada warga gereja saja. Melainkan, lebih dari itu gereja harus memberikan aksi nyata dalam mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat yang ada baik di dalam maupun di luar gereja. Maka dari itu gereja dan pemerintahan perlu berjalan bersama menjadi pendorong untuk terciptanya kesejahteraan yang didambakan oleh semua masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis data Studi Kasus GBI Torsina di daerah Olafuliha’a, Pantai Baru, Rote Ndao. Implementasi dalam studi kasus ini berangkat dari pemahaman latar belakang surat Paulus kepada jemaat di Roma dalam Roma 13:1-7. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa GBI Torsina membangun hubungan baik dengan pemerintahan dalam rangka kesejahteraan masyarakat secara luas di daerah Olafuliha’a, Pantai Baru, Rote Ndao. Kerja sama dilakukan dalam bentuk kebijakan yang diselaraskan bersama untuk kepentingan masyarakat luas

Page 1 of 1 | Total Record : 6